aku lepas kacamataku

aku melepas kacamataku
pada sore hari di cafe ini. dua sofa untuk sekitar empat orang, tapi disini aku duduk sendiri.
sore itu biasanya jam ramainya kafe. Terbukti banyak orang mulai berdatangan. menyebalkan.

kenapa menyebalkan?
karena jadi tidak bisa mengeksplorasi rasa muak di dalam hati ini dengan sedikit lebih tenang
tadi aku tidak sendiri, tapi jadi sendiri
jadi sendiri karena didorong oleh mungkin kegelisahan dan ketidakcocokan di siang ini
bukan ada perselisihan antara kita
tapi sepertinya ada perselisihan di masing-masing hati kita
entah apa, yang jelas nyata
nyata tampak diwajah, atau aku hanya sok tau yang berasumsi dilandasi feeling
tapi bukannya memang aku INFP?

aku melepas kacamataku, agar aku tidak peduli apa kata orang, apa pandangan orang.
terhadapku
saat ini pun aku seperti sedang menyeleksi siapa orang tepat yang aku ingin bersamai 2 jam kedepan.
tapi tidak ada yang memenuhi persyaratan.

sepertinya aku butuh pletok atau irish cream, di maj.
tapi juga menyakitkan, gak mau.
at times like this, or most of the time, cuma pengen di denger Tuhan. Tanpa di judge. Judgenya nanti aja pada waktunya.

[at Mark One - 10/01/20 - 5/06 PM]

Comments

Popular posts from this blog

tonight it's a bit of Q.S Ghafir

some thoughts i think today, 10.03.2025

what's more to embrace?